Jalan Terjal Hidup Manusia Uniseluler Dan Multiseluler

Jalan Hidup Manusia Uniseluler Dan Multiseluler

(Oleh Ridwan Alfaruki : Mahasiswa Semester V STIM Budi Bakti)

إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلَّذِينَ يُقَٰتِلُونَ فِى سَبِيلِهِۦ صَفًّا كَأَنَّهُم بُنْيَٰنٌ مَّرْصُوصٌ

“Sesungguhnya Allah mencintai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur, seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh” (Ashof 61 : 4)

Setiap makhluk uniseluler hanya akan mampu bertahan hidup atau hanya berusaha untuk bertahan hidup. Namun setiap makhluk multiseluler akan saling berintegrasi, bekerjasama, bukan hanya bertahan untuk tetap hidup, tapi juga mampu berkarya lebih. Bukan sekedar berdiri untuk dirinya sendiri, tapi memberi untuk setiap kanan dan kiri dari lingkungan tempat ia berdiri.

Setiap Manusia bisa memilih untuk sendiri, namun tentu saja, semasa hidupnya mungkin ia hanya akan dipusingkan untuk memenuhi kebutuhan diri, bertahan untuk tetap mampu berdiri.
Setiap manusia juga dapat memilih untuk mengikuti fitrahnya sebagai makhluk sosial, memilih untuk hidup bersama orang lain, berjama’ah untuk jatuh bangun melewati kehidupan yang begitu terjal. Meskipun dia yang memilih sendiri bisa berlari secepat mungkin hingga meninggalkan sekumpulan orang yang memilih jatuh bangun bersama-sama, namun selalu ada sebuah titik yang tak pernah mampu di lewati oleh orang yang berlari sendiri, lubang besar dimana ia terjebak sendiri tanpa ada orang lain yang dapat membantunya, hingga sekumpulan orang yang berjalan perlahan itu dengan perlahan tapi pasti, melewati seorang yang memilih takdir hidupnya untuk berlari sendiri.

Kita memang dapat memilih untuk menikmati indahnya Islam sendirian, berkhalwat dengan Allah setiap saat. Kita memang dapat memilih untuk menegakkan Islam begitu kokoh pada hati kita sendiri, mencintai Islam untuk kita seorang, lantas melangkah dan menatap jauh ke depan bahwa ia akan melangkah ke surga suatu hari nanti. Sekilas sendirian memang jauh lebih mudah, namun kita juga perlu tau bahwa bersama-sama akan jauh lebih indah.

Surga yang kita kejar tidaklah sempit yang hanya muat untuk sendiri, sehingga harus menjatuhkan orang lain agar ia mendapatkan surganya sendiri, setiap orang tidak perlu berlari meninggalkan yang lain agar kelak hanya ia yang sampai kepada pintu surga.

Pastikanlah kita ada dalam sebuah lingkaran besar sebuah gelombang orang-orang shaleh yang sama-sama terus bergerak menuju surga. Sekali lagi, sekilas sendirian memang jauh lebih mudah, namun kita juga perlu tau bahwa bersama-sama akan jauh lebih indah.

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُوشِكُ الْأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا فَقَالَ قَائِلٌ وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ قَالَ بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزَعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمْ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِي قُلُوبِكُمْ الْوَهْنَ فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْوَهْنُ قَالَ حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ

Bersabda Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam “Hampir tiba masanya kalian diperebutkan seperti sekumpulan pemangsa yang memperebutkan makanannya.” Maka seseorang bertanya: ”Apakah karena sedikitnya jumlah kita?”
”Bahkan kalian banyak, namun kalian seperti buih mengapung. Dan Allah telah mencabut rasa gentar dari dada musuh kalian terhadap kalian. Dan Allah telah menanamkan dalam hati kalian penyakit Al-Wahn.” Seseorang bertanya: ”Ya Rasulullah, apakah Al-Wahan itu?”
Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: ”Cinta dunia dan takut akan kematian.” (HR Abu Dawud 3745)

Ketika kita sudah memilih untuk berjama’ah, ketika kita sudah memilih untuk beramai-ramai menempuh jalan-Nya dalam sebuah barisan yang begitu panjangnya. Jangan pernah lupa bahwa kita tidak hidup di negeri dongeng, atau di negeri cerita-cerita dunia maya, apalagi cerita animasi yang mungkin masih rutin kita menyaksikannya. Kita tidak hidup di dunia yang demikian, dimana disana yang baik akan selalu menang. Faktanya; kejahatan yang terorganisir pasti akan mengalahkan kebaikan yang tidak terorganisir. Faktanya barisan yang tidak teratur akan selalu luluh lantah oleh barisan yang rapi bagai bangunan yang kokoh. Bukankah tidak akan Allah ubah keadaan suatu kaum sebelum kaum itu mengubah keadaannya sendiri?

Ketika kita sudah memilih untuk bersama-sama, maka kita harus sadar bahwa bersama berarti bersabar. Bersabar untuk saling membangun. Meskipun pada dasarnya kita akan berada pada posisi yang berbeda-beda. Selayaknya bangunan, akan ada yang menjadi pondasinya, akan ada yang menjadi temboknya, akan ada yang menjadi jendela dan pintunya. Satu hal yang harus kita sadari adalah bahwa hidup bersama bukan hanya mengerjakan sesuatu hal yang sama secara bersama-sama.
Tapi lebih luas dari itu. Selayaknya bangunan, setiap unsurnya memiliki satu tujuan yang sama, yakni melindungi apa yang ada didalamnya.

Ketika kita harus menjadi jendelanya, jadilah sebaik-baik jendela sehingga setiap keindahan dapat terlihat, setiap cahaya dapat menjadi menerangi. Ketika kita harus menjadi pintu, jadilah sebaik-baik pintu, sehingga setiap orang yang masuk ke dalam rumah kita merasa tersambut karena pintu kita yang terbuka begitu lebarnya. Dalam hidup bersama kita harus dapat saling mengerti bahwa setiap kita memiliki posisi yang berbeda-beda dalam satu tujuan bersama. Penting bagi kita untuk saling menghargai dan saling mendukung, saling percaya namun juga dapat dipercaya.

Semua butuh struktur layaknya sebuah bangunan, itulah hakikat berjama’ah. Tidak semuanya dapat terlihat. Tentu ada bagian terdalam yang selalu dapat membuat bangunan terluarnya kian kuat. Setiap struktur membutuhkan fondasi yang begitu kuat sehingga bangunan yang terbentuk kian kokoh.

Terakhir, untuk mewujudkan itu maka diperlukan tempat, diperlukan ilmu dan semangat juang yang tinggi. Dengan beradanya saya di Kampus Budi Bakti ini semoga bisa bersama sama dengan yang lain untuk membangun generasi yang dalam secara keilmuan, kaya dengan wawasan dan takwa dalam keagamaan.

Yang terpenting lagi adalah kita mesti ingat tentang apa yang ada di hati, pastikan tujuan hidup kita yang utama ialah Dia, Allah subhanahuwata’ala. Jadikan Dia yang utama apapun posisi kita dalam struktur kehidupan.

Semoga kampus budi bakti kapus budi bakti semakin berkualitas untuk meuwujudkan itu semua.


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *