Kampus Budi Bakti

LAPORAN HASIL WAWANCARA 5 UMKM DAERAH JAMPANG TERDAMPAK KENAIKAN EKONOMI

LAPORAN HASIL WAWANCARA
5 UMKM DAERAH JAMPANG TERDAMPAK KENAIKAN EKONOMI

Laporan ini dibentuk untuk
Memenuhi tugas mata kuliah
Matematika Bisnis STIM Budi Bakti

Dipersembahkan oleh kelompok 1
Dengan anggota :
Dyah Hastari
Fadillah Rizki Andini
Fikri Haical Syahputra
Widia Aulia Naylawati
Sella Susilawati

Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Budi Bakti
Jl. Raya Parung – Bogor KM 42, Bogor, Jawa Barat, 16320 Telp : 0251 8606 509


BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG MASALAH

Salah satu faktor utama yang dapat menyebabkan kenaikan harga barang UMKM adalah kenaikan biaya bahan baku. Bahan baku yang digunakan oleh UMKM untuk memproduksi barang mereka dapat mengalami fluktuasi harga yang signifikan. Perubahan harga bahan baku seperti logam, kain, plastik, atau bahan lainnya dapat berdampak langsung pada biaya produksi UMKM, yang pada gilirannya dapat mendorong mereka untuk menaikkan harga jual barang. Biaya tenaga kerja juga dapat menjadi faktor yang berkontribusi terhadap kenaikan harga barang UMKM. Jika upah minimum regional atau upah tenaga kerja secara keseluruhan mengalami kenaikan, maka UMKM mungkin perlu menyesuaikan harga barang untuk memperhitungkan peningkatan biaya tenaga kerja tersebut. Hal ini dapat terjadi terutama jika UMKM memiliki tenaga kerja yang signifikan dalam proses produksi mereka. Faktor lain yang dapat mempengaruhi kenaikan harga barang pada UMKM adalah kenaikan biaya operasional.
Biaya-biaya seperti sewa tempat usaha, listrik, air, transportasi, atau biaya-biaya administratif lainnya dapat mengalami peningkatan seiring waktu. Jika UMKM menghadapi beban operasional yang lebih tinggi, mereka mungkin perlu menaikkan harga barang untuk menjaga keberlanjutan usaha mereka. Perubahan dalam kebijakan perpajakan atau regulasi pemerintah juga dapat berdampak pada kenaikan harga barang UMKM. Jika terjadi peningkatan tarif pajak atau perubahan aturan yang mendorong UMKM untuk mematuhi standar baru yang lebih ketat, hal ini dapat mempengaruhi biaya produksi mereka. Untuk mengatasi hal tersebut, UMKM mungkin perlu menaikkan harga barang untuk menutupi biaya tambahan yang timbul akibat perubahan pajak atau regulasi tersebut .Permintaan yang tinggi terhadap produk UMKM juga dapat menyebabkan kenaikan harga. Jika produk UMKM populer atau memiliki permintaan yang kuat di pasaran, UMKM mungkin merasa mampu menaikkan harga untuk memanfaatkan situasi tersebut. Permintaan yang tinggi dapat menciptakan kenaikan nilai bagi produk UMKM, yang mendorong mereka untuk menaikkan harga untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar.
Dalam beberapa kasus yang warga alami, dalam wawancara kami rasa keluhan di atas saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Pengusaha harus mempertimbangkan dengan cermat ketika menaikkan harga barang mereka untuk memastikan keseimbangan antara keuntungan yang diperoleh dan daya beli konsumen agar tetap terjaga.

RUMUSAN MASALAH
Apa kenaikan BBM dapat mempengaruhi daya jual beli Pada UMKM?
Apa BBM sangat berpengaruh terhadap aktivitas UMKM?

METODE PENELITIAN
Adapun metode penelitian yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah Metode kualitatif. Yaitu wawancara dan studi pustaka

TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
Untuk mengetahui apakah kenaikan BBM dapat mempengaruhi daya jual beli Pada UMKM?
Untuk mengetahui Apa BBM sangat berpengaruh terhadap aktivitas UMKM?

BAB II
LANDASAN TEORI

Apakah kenaikan BBM dapat mempengaruhi daya jual beli Pada UMKM?

Berdasarkan hasil wawancara kami pada bulan Mei lalu, 4 dari 5 pelaku UMKM mengaku kenaikan BBM berdampak terhadap usaha mereka. Pertanyaan terbesar yang selalu terbesit diantara para pelaku usaha ini adalah, “Mengapa pemerintah harus menaikkan harga BBM?”. Harga BBM ini dipicu oleh banyak hal, salah satunya kenaikan harga minyak mentah dunia dan ICP (Indonesian Crude Price). Sehingga kondisi ini akan mengakibatkan meningkatnya besaran beban subsidi APBN. Selain itu, fakta di lapangan ternyata pemberian subsidi BBM ini dinilai tidak tepat sasaran. Berdasarkan data Kemenkeu, dari total kompensasi pertalite yang diberikan yaitu sebesar 93,5 Triliun, 80,4 Triliun nya dinikmati oleh Rumah Tangga dan 13,1 Triliun dinikmati dunia usaha. Dari 80,4 Triliun yang dinikmati Rumah Tangga tersebut, hanya 16,1 Triliun atau sekitar 20% saja yang dinikmati oleh Rumah Tangga Tidak Mampu.
Dari sisi ekonomi, kenaikan harga BBM jelas akan mendorong kenaikan biaya produksi, mendorong inflasi (cost push inflation) yang pada gilirannya akan berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Secara sektoral, sektor-sektor yang banyak menggunakan BBM pasti akan mengalami kontraksi yang paling tinggi terutama sektor angkutan darat, angkutan laut, angkutan kereta api, jasa kurir dan pengiriman. Kenaikan harga-harga barang yang terjadi secara serentak tersebut akan mendorong kenaikan inflasi di Indonesia. Dampak negatif akan lebih dahsyat lagi jika efek psikologis terasa lagi jika dampak psikologis dari sisi masyarakat dan pemerintah diperhitungkan. Dampak psikologis dari sisi masyarakat terjadi manakala masyarakat secara bersama sama memiliki ekspektasi bahwa kenaikan harga BBM akan diikuti oleh kenaikan harga di sektor-sektor lainnya. Mengapa inflasi karena dampak psikologis bisa terjadi? Kenaikan harga BBM akan menimbulkan efek psikologis di masyarakat di mana produsen (termasuk pedagang) menaikkan harga melebihi dari kenaikan biaya produksi atau distribusi yang mereka keluarkan. Jadi ketika produsen menaikkan harga mereka tidak menghitung berapa besar kontribusi BBM terhadap biaya produksi yang mereka keluarkan.
Sebagai contoh, ketika harga BBM naik sebesar Rp 500 per liter, maka sopir angkutan umum akan memilih menaikkan ongkos sebesar Rp 500 per penumpang, pedagang makanan akan menaikkan harga Rp 500 per porsi, dan pedagang sayuran juga akan menaikkan harga Rp 500 per kg/per ikat sayur yang mereka jual.
Padahal kontribusi BBM per penumpang atau kontribusi BBM terhadap biaya makanan atau sayuran per ikat tidaklah sebesar tersebut. Kondisi tersebut diperparah oleh adanya pihak yang memanfaatkan momentum kenaikan harga BBM dengan menaikkan harga semua komoditi padahal kenaikan biaya produksi yang dikeluarkan tidak sebesar kenaikan harga yang mereka lakukan. Jika hal tersebut dilakukan oleh produsen dan pedagang secara serentak di seluruh Indonesia, maka inflasi yang terjadi akan lebih besar daripada dampak ekonomi yang seharusnya.
UMKM harus menghadapi kenaikan harga bahan baku dan inputan lain. Dan itu diperparah dengan daya beli pembeli yang pendapatannya merosot akibat inflasi. Sementara beban mereka akan membuat usaha mereka terpendam. Kenaikan harga BBM juga menaikkan biaya transportasi sehingga menyebabkan kenaikan bahan pangan dan hampir semua komoditas.Hal itu kemudian berimplikasi pada daya beli masyarakat, sehingga harus diantisipasi agar tidak menambah populasi penduduk miskin dan jumlah pengangguran.

Apa BBM Sangat Berpengaruh Terhadap Aktivitas UMKM?

Sudah banyak dampak dari kenaikan BBM salah satu yaitu adanya inflasi umum mencapai 6%. Tentu saja ini sangat mempengaruhi UMKM. Adanya kenaikan BBM mempengaruhi naiknya harga bahan pangan di pasaran.
Salah satu pelaku UMKM ibu Dewi mengatakan bahan pokok yang ada di pasar sangat naik. 
“Beberapa harga sayur meningkat begitupun dengan harga telur , cabe, bawang bawangan dan beberapa harga pokok yang semakin meningkat”.
 Analis Ekonomi dari Pergerakan Kedaulatan Rakyat (PKR), Gede Sandra, mengatakan kenaikan harga energi tidak hanya berdampak pada meningkatnya inflasi energi, tetapi juga mendorong inflasi pangan.
“Padahal kita tahu bahwa sebelum dicabutnya subsidi BBM ini oleh pemerintah, inflasi pangan sudah di angka 11 persen,” kata Gede kepada SinPo.id, Senin 19 September 2022.
Sementara kenaikan harga BBM dan juga inflasi pangan, akan berpengaruh terhadap sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), yang menyerap sebanyak 119,6 juta tenaga kerja di Indonesia.
Jumlah tersebut merupakan 97 persen dari keseluruhan tenaga kerja, terlebih mayoritas pekerja di sektor UMKM merupakan pengguna sepeda motor.
“Sehingga kenaikan harga BBM sebesar 30 persen ini pasti akan memukul pendapatan di sektor UMKM,” paparnya.
Lebih lanjut, Gede mengatakan, apabila sektor UMKM ikut menaikkan harga produk mereka sebagai imbas kenaikan pengeluaran di BBM, maka hal itu akan sangat berpengaruh terhadap meningkatnya inflasi.
“Pendapatan kelompok ini juga akan semakin menurun, karena produk yang lebih mahal akan semakin kurang laku di antara para pembelinya yang juga sedang merosot daya belinya akibat kenaikan harga BBM,” ucapnya.

BAB III
LAPORAN HASIL WAWANCARA

Pada pertengahan bulan may, kelompok 1 telah melakukan wawancara pada 5 UMKM di daearah Jampang dan sekitarnya, diantaranya :
UMKM Tukang sayur
Kami telah mewawancarai Tukang Sayur di daerah Jampang Gang Masjid Rt04/06. Pemilik usaha Bernama Ibu Dewi, beliau memiliki usaha sendiri dengan jenis usaha Perdagangan. beliau pada usahanya tidak memiliki laporan keuangan di setiap bulan, memenuhi omset kurang lebih 1 juta perharinya, tujuan ibu dewi dalam membangun usahanya agar memenuhi kebutuhan pokok setiap hari, kebutuhan bertahan hidup, dan meningkatakan kesejahteraan. Beliau memisahkan antara uang Pendidikan dan uang pendapatan lalu di tabungkan dalam bank sisa uang dari pendapatan. Ibu dewi memiliki rancara untuk mengembangkan usahanaya dan tidak membutuhkan pinjaman untuk mengembangakan usahanya.

UMKM Madaya Coffee
Kami telah mewawancarai Madaya Coffee di Kawasan Zona Mdina Dompet Duafa. memiliki usaha bekerjasama dengan orang lain dan jenis usaha kuliner. beliau pada usahanya memiliki laporan keuangan di setiap bulan, memenuhi omset kurang lebih 1.1 juta – 2 juta perbulannya, tujuan dalam membangun usahanya agar memenuhi kebutuhan pokok setiap hari, kebutuhan bertahan hidup, dan meningkatakan kesejahteraan. Beliau memisahkan antara uang Pendidikan dan uang pendapatan. Pendapatan yang beliau dapatkan akan dipakai untuk modal Kembali, memiliki rancara untuk mengembangkan usahanaya dan tidak membutuhkan pinjaman untuk mengembangakan usahanya.

UMKM Warung Sembako
Kami telah mewawancarai warung sembako di daerah Jampang Gang Masjid, lebih tepatnya samping asrama putri Jampang English Village . Pemilik usaha Bernama mang Ujang, beliau memiliki usaha sendiri dengan jenis usaha Perdagangan. beliau pada usahanya tidak memiliki laporan keuangan di setiap bulan, memenuhi omset kurang lebih 500 ribu perharinya, tujuan mang ujang dalam membangun usahanya agar memenuhi kebutuhan keluarga, kebutuhan bertahan hidup, dan meningkatakan kesejahteraan. Beliau memisahkan antara uang Pendidikan dan uang pendapatan lalu menabungkan sisa pendapatanya ke dalam celengan. Mang Ujang memiliki rancara untuk mengembangkan usahanaya dan tidak membutuhkan pinjaman untuk mengembangakan usahanya

UMKM Warung Kopi
Kami telah mewawancarai warung kopi di daerah dekat dengan Zona Madina. Pemilik usaha ini memiliki usaha sendiri dengan jenis usaha kuliner. beliau pada usahanya tidak memiliki laporan keuangan di setiap bulan, memenuhi omset kurang lebih 1 juta- 2 juta perbulannya, tujuan ibu dewi dalam membangun usahanya agar memenuhi kebutuhan pokok setiap hari, kebutuhan bertahan hidup, dan untuk mensejahterakan usahanya. Beliau memisahkan antara uang Pendidikan dan uang pendapatan lalu di tabungkan dalam celengan sisa uang dari pendapatan. Pememiliki usaha ini memiliki rancara untuk mengembangkan usahanaya dan membutuhan beberaoa modal untuk mengembangkan usahanya.

UMKM Toko Sembako
Kami telah mewawancarai Tukang Sayur di daerah Jampang Gang Masjid. Pemilik usaha yang memiliki usaha sendiri dengan jenis usaha Perdagangan. beliau pada usahanya tidak memiliki laporan keuangan di setiap bulan, memenuhi omset kurang lebih 1.1 juta – 2 juta perbulannya, tujuan dalam membangun usahanya agar memenuhi kebutuhan pokok setiap hari, kebutuhan bertahan hidup, dan meningkatakan kesejahteraan. Beliau memisahkan antara uang Pendidikan dan uang pendapatan lalu menggunakan sisa pendapatan untuk modal kambali. memiliki rancara untuk mengembangkan usahanya dan tidak membutuhkan pinjaman untuk mengembangakan usahanya.

BAB IV
KESIMPULAN

Kesimpulan yang kami dapatkan dari hasil riset dan wawancara, sekitar 80% pelaku UMKM merasa di rugikan dengan kenaikan harga BBM yang menyebabkan harga bahan pokok di pasaran semakin melambung. Dampak yang paling di rasakan adalah lonjakan harga bahan pokok dan membuat perekonomian keluarga menjadi terganggu dan tidak banyak juga yang usahanya hampir gulung tikar. Sedangkan 20% pelaku UMKM yanng tidak terdampak mayoritas memiliki biaya oprasional sedikit atau dalam pelaksanaan usahanya mereka tidak terlalu bergantung pada BBM. Para pelaku UMKM sangat berharap kepada pemerintah agar harga BBM bisa lebih terjangkau sehingga biaya oprasional yang di keluarkan tidak membengkak.

REFERENSI
https://klc2.kemenkeu.go.id/kms/knowledge/mengapa-pemerintah-menaikkan-harga-bbm-7efa3d7f/detail/
https://news.detik.com/kolom/d-6293046/dampak-ekonomi-dan-psikologis-kenaikan-harga-bbm#:~:text=Dari%20sisi%20ekonomi%2C%20kenaikan%20harga,riil%20dan%20konsumsi%20rumah%20tangga.
https://news.republika.co.id/berita/nf6znc/umkm-terima-dampak-terberat-kenaikan-bbm
https://sinpo.id/detail/37404/begini-dampak-kenaikan-harga-bbm-terhadap-umkm
https://www.kompasiana.com/herawati1892/631d799e4addee06782933e3/dampak-kenaikan-bbm-terhadap-umkm

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top