Bogor,(21/1/2023). Pembajakan demokrasi oleh oligarki dan koruptor semakin mengkhawatirkan di Indonesia, lembaga anti korupsi, lembaga penegak hukum yang seharusnya melawan korupsi malah banyak terlibat dalam kasus korupsi sebut Bambang Widjojanto mantan Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) periode 2011-2015 dalam seminar nasional anti korupsi yang diselenggarakan oleh Kampus Budi Bakti.
“Korupsi datang ketika ada niat, bertemu kesempatan dan kewenangan. Sehingga, kini banyak perusahaan dibuat namun tidak diketahui pemiliknya kemudian membiayai para politikus untuk membuat kebijakan atau keputusan yang menguntungkan pihak tertentu. Bahkan banyak pejabat yang memiliki perusahaan yang mendapatkan keuntungan dari jabatannya,” sebut aktivis Kontras, LBH ini.
Pak BW panggilan akrabnya memberikan beberapa pesan kepada Kampus Budi Bakti yang ingin membangun budaya anti korupsi.
Melalui seminar anti korupsi ini sebagai langkah awal dalam upaya membangun budaya anti korupsi di perguruan tinggi
Pertama, berbudi dan berbakti lawanlah korupsi dalam kehidupan kampus. Akal sehat ada ketika kejernihan pikiran, kampus harus dibebaskan dari kekuasaan yang koruptif dari akal yang tidak waras.
Kedua, bentuk karakter anti korupsi di kehidupan sehari hari. Kampus harus membangun karakter anti korupsi mulai dari pimpinan perguruan tinggi menjadi teladan gerakan anti korupsi.
Ketiga, kampus menjadi luar biasa jika bisa melakukan perlawanan terhadap korupsi. Kampus membangun budaya anti korupsi, kampus menjadi center on excellent gerakan anti korupsi. Makna merdeka belajar salah satunya konteks anti korupsi. Kampus kemudian menyebarkan pendidikan anti korupsi melalui pemberdayaan masyarakat dan gerakan-gerakan perlawanan korupsi”.
Anggota Dewan Pembina Dompet Dhuafa ini berpesan dihadapan 300 lebih mahasiswa dan civitas akademika Kampus Budi Bakti bahwa, pendidikan akan hancur, tidak berguna jika kampus membiarkan calon penerus bangsa bermental koruptif.